Press
Release Hari Bumi Internasional 2012
JAKARTA
(20/4). Pada tanggal 22 April 2012
yang jatuh pada hari
Minggu, kembali hari bumi
akan diperingati di
berbagai belahan bumi.
Sebuah momentum dimana seluruh lapisan masyarakat akan diajak untuk mengerahkan
segala kemampuannya untuk ikut serta melakukan aksi nyata melestarikan dan membela
hak-hak bumi yang selama ini tercemar oleh tangan-tangan kotor para pencemar. Bencana
alam, kelaparan, kekeringan dan lainnya tidaklah an sich disebabkan oleh
alam, lebih dari itu keserakahan pemodal yang mengeksploitasi habis-habisan
sumber-sumber kehidupanlah yang merupakan penyebab dominan.
Faktanya, masih
banyak permasalahan lingkungan hidup di Indonesia yang belum terselesaikan. Mulai dari masalah
yang sangat sederhana hingga yang kompleks misalnya yang terkait perilaku
individu seperti membuang sampah pada
tempatnya, hingga persoalan yang berkaitan dengan otoritas Negara seperti
penegakan kedaulatan pangan, penyediaan
akses air bersih, Perlindungan atas sumber
daya alam dan lain sebagainya. Di sisi
lain, prosesreforestasi, penguatan kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan hidup, hingga
issue energi terbarukan merupakan issue-issue kritis dan urgent yang harus diselesaikan dengan suatu aksi nyata penyelamatan
lingkungan meskipun hal itu hanya dipandang
sebagai persoalan sederhana.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar
Kambuaya, sampah merupakan persoalan yang serius di Indonesia yang tidak hanya
menjadi masalah di kota besar. Setiap orang menghasilkan sampah sebanyak 2,5
liter sampah per hari. Dengan jumlah penduduk Indonesia lebih dari 250 Juta
jiwa maka dalam satu hari jumlah sampah yang dihasilkan oleh warga Indonesia
adalah lebih dari 625 Juta liter per hari. Tantangan utama pengelolaan sampah
di Indonesia lebih lanjut menurut Kementrian Lingkungan Hidup (KLH, 2012) adalah
kesadaran publik yang masih rendah akan pengetahuan dan kesadarannya untuk
mengelola sampah, fasilitas tempat pembuangan sampah di perkotaan yang minim,
dan permasalahan tempat pengolahan sampah yang terbatas.
Terkait
pangan, laporan FAO (2011) mencatat bahwa kelaparan penduduk dunia tahun 2010
mencapai sekitar 925 juta jiwa. Ini berarti 1 dari 6 penduduk dunia masih
terjebak dalam kelaparan. Sementara di Indonesia, sekitar 29.9 juta jiwa
penduduknya mengalami kelaparan diantaranya disebabkan oleh struktur kepemilikan lahan yang timpang
dimana lebih banyak didominasi korporasi besar yang seringkali menjadi pemicu
terjadinya konflik. Badan Pertanahan Nasional (2011) mencatat setidaknya
terdapat 2.791 kasus pertanahan pada tahun 2011 – ditambah dengan dua kasus
pertanahan yang menimbulkan korban jiwa di Mesuji dan Bima pada akhir tahun
2011. Akibatnya, akses petani kecil
terhadap produksi pangan menjadi sempit yang akhirnya berakibat pula pada akses
konsumsi yang menjadi tidak terjangkau.
Perampasan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa
memperhatikan keberlanjutannya bagi generasi selanjutnya juga menjadi penyebab
terjadinya kelaparan. Konflik agraria sebagai ekses dari
praktek-praktek penggusuran tanah rakyat atas nama pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan untuk kepentingan umum seperti pembangunan pertanian, perkebunan,
pertambangan, perumahan, jalan tol, kantor pemerintahan, cagar alam, dan
pengembangan wisata telah menimbulkan korban jiwa petani dan juga kriminalisasi
petani beserta nelayan dan masyarakat adat. Saat ini, pangan hanya dipandang sebagai sekadar komoditas
yang diperdagangkan bukan hak yang harus dipenuhi. Hal ini makin dilanggengkan
dengan praktek para spekulan dan korporasi jahat yang mulai merambah sektor
pangan pada pertengahan 2008. Permasalah lain adalah akses terhadap air bersih. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
2007 yang dilakukan Departemen Kesehatan bahwa 24,8% rumah tangga masih tidak
menggunakan fasilitas buang air besar dan masih terdapat 42,3% penduduk di
Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air bersih. Indikator kinerja pada
tahun 2014 bidang kesehatan lingkungan yaitu tercapainya program air bersih
yang menjangkau 67% penduduk dan peningkatan sanitasi dasar berkualitas baik
untuk 75% penduduk Indonesia (Depkes, 2009)
Adanya
dorongan yang kuat dari para pemuda-pemuda, organisasi lingkungan, dan
komunitas masyarakat untuk bersama-sama melakukan suatu aksi nyata sekecil
apapun untuk penyelamatan lingkungan yang kontinyu atau berkelanjutan, edukatif, mendorong kearah kesadaran
publik serta mendorong perubahan prilaku/sikap di masa mendatang adalah fokus
utama tujuan gerakan bersama ini.
Menyikapi
hal-hal sebagaimana disebutkan diatas, kami yang tergabung dalam organisasi/komunitas-komunitas pemuda
bersama-sama membentuk sebuah gerakan yang bernama #BersihkanBumi saat momentum Earth Day 2012. Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia, komunitas muda Green Student Movement, Global Citizen Corp, Komunitas
Soulam, Bhuvana Nusantara, Sampoerna
School of Education, I food, Damian Magic Academy, dan beberapa
komunitas lainnya turut tergabung membentuk gerakan ini. Kami mengajak kepada seluruh elemen masyarakat
untuk bersama-sama menyingsingkan lengan baju dan melakukan perubahan demi
menyelamatkan bumi.
Adalah merupakan tantangan ke depan untuk melakukan gerakan
ini secara kontinyu di masa mendatang sehingga tujuan utama gerakan untuk
menggugah kesadaran publik serta mendorong ke arah kesadaran perubahan sikap
atau perilaku nyata penyelamatan lingkungan terwujud. Gerakan bersama
“Bersihkan Bumi” ini akan dilakukan secara kontinyu tidak hanya saat momentum
hari bumi saja.
“Bersihkan Bumi dengan Tanganmu!”
Kontak :
Tegar (082199798422)
Detha Arya
Tifada (087863631333
Siti
Badriyah (Bhuvana Nusantara/Trash Rangers 081584548966)
0 komentar:
Posting Komentar